Jumat, 15 April 2011

FLY WITH KARTINI

"Kami gadis gadis masih terantai kepada adat istiadat lama, hanya sedikitlah memperoleh bahagia dari  pengajaran itu Kami anak perempuan pergi belajar kesekolah, keluar rumah tiap hari, demikian itu saja sudah  amat melanggat adat. Ketahuilah adat negeri kami melarang  keras gadis keluar rumah. Ketika saya berumur dua belas tahun, lalu saya ditahan dirumah- saya mesti masuk "tutupan". Saya dikurung didalam rumah seorang diri, sunyi senyap terasing dari dunia luar. Saya tidak boleh keluar ke dunia itu lagi, bila tiada seorang suami, seorang laki laki yang asing bagi kami,dipilih orang tua kami untuk kami, dikawinkan dengan kami, sebenarnya dengan tiada setahu kami......."
Curahan hati Kartini pada sahabatnya Nona Zehaandelar  ( Habis Gelap Terbitlah Terang)
21 April selalu diperingati sebagai Hari Kartini. Kartini. seorang bangsawan dipesisir pantai utara  Jawa, dianggap wanita yang berjasa , mendobrak membuka belenggu adat istiadat  Jawa khususnya yang membatasi peran wanita  hanya sebagai " konco wingking" . Istilah yang menyempitkan peran wanita sebagai  kaum yang berkutat di sekitar dapur, sumur dan kasur. Gambaran rendahnya derajat kaum wanita yang hanya dipandang sebagai pemuas syahwat laki laki

Meski ia seorang ningrat, Kartini muda tidak tenggelam dengan fasilitas yang mengukungnya Bisa saja ia memilih bergaul dengan kaum ningrat serta para bangsawan dengan menikmati pendidikan  istimewanya sebagai seorang ningrat. Namun jiwa luhur Kartini berontak melihat kaumnya terpinggirkan.

Kartini menggugat  kebangsawananya, menurutnya setiap manusia, laki- laki maupun perempuan sederajat dan mereka berhak  mendapatkan  perlakuan sama. ini ditunjukan kepada sahabatnya, Zehaandellar pada tanggal 18 Agustus 1899:
“Bagi saya hanya ada dua macam bangsawan: Bangsawan Pikiran  dan Bangsawan Budi . Tidak ada yang lebih gila dan bodoh menurut persepsi saya daripada melihat orang yang membanggakan asal keturunannya. Dimanakah gerangan lebih jasanya orang yang bergelar Graaf atau Baron! ”
Kartini dalam surat surartnya , kemudian mengilhami banyak wanita sekarang untuk mendapatkan hak dan perlakuan yang sama dengan kaum laki laki. Karena menurut Kartini persamaan derajat bukan berati mengambil peran laki laki ataupun untuk menyaingi apalagi menjatuhkan laki laki. Namun persamaan itu dimaksudkan untuk membenahi tatanan kehidupan yang lebih bermartabat dan beradab

Dengan diletakkanya wanita sederajad dengan laki laki, dipastikan akan melahirkan generasi generasi sehat penerus bangsa. karena dari ibu yang sehat lahir batinlah akan lahir generasi yang bisa diandalkan.  

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger