I have absolutely no idea what my generation did to enrich our democracy. We dropped the ball. We entered a period of complacency and closed our eyes to the public corruption of our democracy.
Read more:http://www.brainyquote.com/quotes/keywords/corruption_2.html#ixzz1IuSCiDjG
Aku menatap tak berkedip, Kuteliti satu persatu penumpang yang keluar dari pintu kedatangan penumpang di Bandara SOETA. AKu lihat ada seorang pria sedikit ceking dengan tas punggung coklat celingukan mencari seseorang. Aku bergerak cepat menghampiri lelaki itu. Tanganku hampir mencolek lelaki itu . Lelaki itu membalikan badan.
Mukaku merah " Oh maaf, kataku , saya kira teman saya ."
Lelaki itu diam mengamati aku dan melengos pergi membiarkan aku kebingungan.
Dimana kau Mawardi ? kulihat sudah tidak ada penumpang tersisa. Ah mungkin aku kelewatan mengamati temanku itu. Aku rogoh HP ku mencoba menghubungi dia. Tiba tiba HP berdering, " Dimana kau Ji ? Mawardi menghubungiku, Aku cari kau . ini aku di Cafee di pojok lobby "
aku lega, " Ya aku segera kesitu"
Kulihat di caffee itu ada beberapa orang. Agak sedikit dipinngir, sesorang melambaikan tangannya " Ji ayo sini " Oh dia nggak pangling dengan wajahku. Aku tersenyum dan menghampirinya.
Mawardi tak banyak berubah masih seperti ketika dia temanku kuliah. Cengengesan, dengan guyonannya yang kadang sedikit saru"
Dia teman kuliahku di sebuah Institute Keguruan di Jateng. Otaknya cukup encer, terbukti dia tak pernah mendapatkan nilai D. Kami sering menghabiskan waktu bersama sama. Mengerjakan tugas atau sekedar nenggoda cewek cewek cantik dari Fakultas Bahasa dan Sastra. Di Akkhir semester empat tiba tiba dia memutuskan untuk pindah kuliah di APDN, sekolah calon pejabat.
Aku kemudian mendengar dari teman teman, dia menjabat sebagai seorang kepala kecamatan disebuah kabupaten di Jawa Tengah, sementara aku sudah ditakdirkan menjadi pendidik penerus generasi bangsa di Jakarta.
Kenangan sewaktu kuliah terus menyeruak diantara perbincangan kami. Perbincangan tentang perjalanan karier kami masing masing , tentang keadaan keluarga, hingga tentang rencana jangka panjang. Rasa kangen lebih dari belasan tahun terobati.
Sebelum berpisah dia sempat menggodaku , "Aku tahu kenapa kau awet muda , sambungnya, karena muriid muridmu cantik cantik " Dia tertawa tergelak gelak.
Dia mengeluarkan sesuatu dan berjanjji untuk menhubungiku selepas acara kedinasan selesai.
Sesampai dirumah aku ceritakan pertemuanku dengan sahabatku pada isrtiku. Juga kuserahkan amplop coklat pada istriku.
"Ini sesuatu dari Mawardi" kataku. Kulihat ada beberapa uang kertas lembaran merah dan sebuah kartu nama. Diatasnya ada logo sebuah kabupaten dan nama temanku serta jabatannya. Ini yang menbuat aku terkejut. Ternyata temanku mempunyai jabatan mentereng di kabupaten itu, Sekwilda, atau orang kedua setelah Kepala Daerah Tk II.
Aku bersyukur Tuhan telah memberi nikmat rejeki dan kedudukan pada temanku dan juga pada diriku. Lembaran merah itu kalau dihitung hitung setara dengan tiga kali gaji guru.Tapi kenapa dia begitu dermawan ya ?
Semoga Rahardi Mawardi dapat mengemban tugas dengan baik , bisikku dalam hati.
Sampai suatu hari istriku berteriak, " ayah, lihat ini." sambil ia menyorongkan sebuah harian daerah. Kupelototi headline: RM, Sekwilda Kab. Mw, diganjar dua setengah tahun penjara karena korupsi ........
0 komentar:
Posting Komentar